BUDIDAYA JAGUNG
DENGAN PENYEDIAN PAKAN TERNAK KAMBING
Komoditas jagung dan ternak kambing keduanya merupakan
sumber pendapatan petani di pedesaan.
Kedua komoditas tersebut dapat dikelola secara bersamaan oleh satu rumah
tangga petani karena saling menunjang. Pola integrasi tanaman – ternak telah
lama dipraktekkan petani di Indonesia dan Asia Tenggara, namun pengelolaannya
masih kebanyakan bersifat tradisionil (Diwyanto, K. dan E. Handiwirawan, 2004).
Kabupaten Lombok Timur yang ditetapkan sebagai lokasi
binaan Proyek Pengentasan Kemiskinan (PFI3P) mempunyai potensi pertanian yang
cukup baik untuk dijadikan sebagai pengembangan teknologi integrasi tanaman –
ternak karena mempunyai iklim tipe D dan
E. Curah hujan
pada daerah iklim tipe E rata-rata 669 mm/tahun, sedang pada daerah tipe D,
curah hujan 1289 – 1640 mm/tahun. Lahannya terdiri dari 48,1% lahan kering,
sedang lahan tegalan dan sawah masing-masing 16,1 dan 28,4% (BPTP NTB, 2003). Distribusi curah
hujan berlangsung singkat yaitu 3-4
bulan dalm setahun (BPS Propinsi NTB,
2002).
Berdasarkan hasil studi Participatory Rural Appraisal (PRA) diperoleh informasi bahwa jenis
tanaman pangan yang menjadi prioritas adalah jagung dan jenis ternak yang
banyak dipelihara oleh petani adalah kambing (PFI3P, 2003a;
PFI3P,2003 b).
Jagung yang dapat ditanam pada berbagai tipe lahan
semakin berkembang dan cenderung menggeser komoditi tanaman pangan
lainnya. Hal ini disebabkan oleh sistem
budidayanya relatif lebih mudah dan permintaan pasar dalam negeri semakin
meningkat terutama dalam memenuhi kebutuhan industri pakan ternak. Selain itu, tanaman jagung dapat menghasilkan
biomas untuk pakan ternak dalam jumlah cukup apabila ditata waktu tanamnya
disesuaikan dengan kebutuhan ternak.
Pemeliharaan kambing dengan sistim kandang telah lama
dikerjakan petani di Lombok Timur, walaupun dengan pemeliharaan yang
tradisionil. Kotoran kambing belum
diproses menjadi pupuk organik pada hal menurut kajian pemanfaatan pupuk
organik (kotoran ternak) terhadap produksi dan kualitas padi menunjukkan bahwa
penggunaan pupuk an organik (Urea, SP36, dan KCL) dapat dihemat sebanyak 70%
dari dosis anjuran (350 – 150 – 100) dengan penggunaan pupuk organik dan
sekaligus telah dapat meningkatkan kualitas gabah sehingga nilai jualnya tinggi. Sebaliknya limbah padi (jerami) yang
ditambahkan probiotik dapat meningkatkan kualitas pakan sapi dan sekaligus
meningkatkan laju pertumbuhan berat badan ternak (Wardhani, N.K. dan A.
Musofie, 2002; Tim Teknis, 2004).
Konsep pengelolaan integrasi tersebut juga berpeluang
besar diterapkan pada integrasi tanaman jagung dengan ternak kambing. Teknologi
produksi biomas jagung telah tersedia
dan menunjukkan bahwa dengan varietas unggul bersari bebas pada populasi tanaman
130.000 mampu menghasilkan biomass segar sebanyak 50 t/ha, dan pada populasi
200.000 mampu menghasilkan 70 t/ha apabila dipanen pada umur 70 hari (Akil et al., 004). Produksi biomas tersebut
jika dikaitkan dengan kebutuhan pakan ternak kambing rata-rata 5,9
kg/hari/ekor (Suprapto et al. 2002). Dengan demikian teknologi produksi biomas
jagung tersebut dapat menyediakan pakan ternak kambing dengan mengatur waktu
penanaman sehingga tersedia pakan sepanjang tahun.
Referensi
:
Akil M., Evert Y. Hosang dan A. Najamuddin, 2004. Interaksi varietas dan populasi tanaman
jagung terhadap produksi biomas dan biji pada lahan kering di Naibonat. Makalah disampaikan pada Seminar Mingguan
Balitsereal, Desember, 2004.
BPS , 2002.
Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam Angka.
BPTP NTB, 2003.
Laporan Hasil PRA pada Desa-desa Poor Farmer di Kabupaten Lombok Timur. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.
Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan, 2002. Informasi dan
peluang agribisnis jagung. Direktorat Serealia Jakarta.
Diwyanto, K dan Handiwirawan, 2004. Peran Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian dalam mendukung usaha agribisnis pola integrasi tanaman –
ternak. Dalam Haryanto et al. 2004
(Peny). Sistem Integrasi Tanaman –
Ternak. Prosiding Seminar Nasional,
Denpasar 20-23 Juli 2004.
PFI3P, 2003a. Panduan perencanaan penelitian
dan pengkajian pengembangan inovasi
pertanian di lahan marjinal. Badan Litbang Pertanian.
PFI3P,2003c. Konsep awal inovasi teknologi
mendukung pengembangan agribisnis pertanian lahanmarjinal. BadanLitbang Pertanian.
Pratama, 2014, Teknologi
Budidaya Jagung Mendukung Penyediaan Pakan Ternak Kambing Di Lombok Timur, http://setiajididi.blogspot.co.id/2014/10/integrated-farming-system.html.
Diakses tanggal 16 September 2015
Simatupang P., 2003. Daya saing dan efisiensi usahatani
jagung hibrida di Indonesia. Dalam
Kasryno, E.Pasandaran, dan A.M. Fagi, 2003 (Peny). Ekonomi Jagung Indonesia. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Suprapto, Slamet, Surachman, dan A. Prabowo, 2002.
Analisis pendapatan usahatani lada integrasi ternak camping. Dalam Haryanto et al. 2004 (Peny). Sistem
Integrasi Tanaman – Ternak. Prosiding
Seminar Nasional, Denpasar 20-23 Juli 2004.
Tim Teknis, 2004.
Review teknologi petanian untuk lahan kering dan tadah hujan (marjinal).
Poor Farmers’ Income Improvement
through Innovation Project. Badan Litbang Pertanian.
Wardhani, N.K. dan A. Musofie, 2004. Kajian sistem
pertanian organik dalam integrasi ushatani padi – sapi potong. Dalam Haryanto et al. 2004 (Peny). Sistem
Integrasi Tanaman – Ternak. Prosiding
Seminar Nasional, Denpasar 20-23 Juli 2004.
Tawang Hadi
14/365134/PN/13691
T
Tawang Hadi
14/365134/PN/13691
T
Risma Dewi N/13846 A1.2
BalasHapusNilai Penyuuhan
1. Sumber Tekhnologi dan Ide: Proyek Pengentasan Kemiskinan (PFI3P) dengan cara mengembangkan teknologi integrasi tanaman – ternak
2. Sasaran : Petani Desa Kabupaten Lombok Timur
3. Manfaat : Pemanfaatan pupuk organik (kotoran ternak) terhadap produksi dan kualitas padi menunjukkan bahwa penggunaan pupuk an organik (Urea, SP36, dan KCL) dapat dihemat sebanyak 70% dari dosis anjuran (350 – 150 – 100) dengan penggunaan pupuk organik dan sekaligus telah dapat meningkatkan kualitas gabah sehingga nilai jualnya tinggi. Teknologi produksi biomas jagung tersebut dapat menyediakan pakan ternak kambing dengan mengatur waktu penanaman sehingga tersedia pakan sepanjang tahun.
4. Nilai Pendidikan : Diperoleh informasi bahwa jenis tanaman pangan yang menjadi prioritas adalah jagung dan jenis ternak yang banyak dipelihara oleh petani adalah kambing. Teknologi produksi biomas jagung telah tersedia dan menunjukkan bahwa dengan varietas unggul bersari bebas pada populasi tanaman 130.000 mampu menghasilkan biomass segar sebanyak 50 t/ha, dan pada populasi 200.000 mampu menghasilkan 70 t/ha apabila dipanen pada umur 70 hari
Nilai Berita
1. Timelines :
2. Proximity: Kabupaten Lombok Timur yang ditetapkan sebagai lokasi binaan Proyek Pengentasan Kemiskinan (PFI3P) mempunyai potensi pertanian yang cukup baik untuk dijadikan sebagai pengembangan teknologi integrasi tanaman – ternak
3. Importance: Kotoran kambing belum diproses menjadi pupuk organik pada hal menurut kajian pemanfaatan pupuk organik (kotoran ternak) terhadap produksi dan kualitas padi menunjukkan bahwa penggunaan pupuk an organik (Urea, SP36, dan KCL) dapat dihemat sebanyak 70% dari dosis anjuran (350 – 150 – 100) dengan penggunaan pupuk organik dan sekaligus telah dapat meningkatkan kualitas gabah sehingga nilai jualnya tinggi. Sebaliknya limbah padi (jerami) yang ditambahkan probiotik dapat meningkatkan kualitas pakan sapi dan sekaligus meningkatkan laju pertumbuhan berat badan ternak
4. Policy : -
5. Prominence: Berdasarkan hasil studi Participatory Rural Appraisal (PRA)
6. Consequence : Dengan demikian teknologi produksi biomas jagung tersebut dapat menyediakan pakan ternak kambing dengan mengatur waktu penanaman sehingga tersedia pakan sepanjang tahun.
7. Conflict : Pola integrasi tanaman – ternak telah lama dipraktekkan petani di Indonesia dan Asia Tenggara, namun pengelolaannya masih kebanyakan bersifat tradisionil
8. Development : penggunaan pupuk organik dan sekaligus telah dapat meningkatkan kualitas gabah sehingga nilai jualnya tinggi. Sebaliknya limbah padi (jerami) yang ditambahkan probiotik dapat meningkatkan kualitas pakan sapi dan sekaligus meningkatkan laju pertumbuhan berat badan ternak
9. Disaster & Crime : -
10. Weather: Curah hujan pada daerah iklim tipe E rata-rata 669 mm/tahun, sedang pada daerah tipe D, curah hujan 1289 – 1640 mm/tahun. Distribusi curah hujan berlangsung singkat yaitu 3-4 bulan dalm setahun
11. Sport : -
12. Human Interest : -